Senin, 30 November 2015

makalah inklusi tunaganda



LAPORAN HASIL OBSERVASI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNAGANDA)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi


Disusun oleh :
Diana (2227140843)
Kelas     : 3 C



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015-2016



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pendidikan inklusi adalah wujud nyata komitmen penyediaan kesempatan belajar bagi semua anak, remaja, dan orang dewasa dengan fokus pada individu yang tergolong minoritas, terpinggirkan dan tidak terperhatikan, dengan adanya pendidikan inklusi diharapkan agar semua anak tanpa terkecuali mendapatkan pendidikan secara merata tanpa melihat kondisi fisik, latar belakang, mental, intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis kelamin, sosial budaya, tempat tinggal, bahasa dan lainnya.

Berdasarkan peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya yang diselenggarakan secara inklusif. Pendidikan inklusif diyakini sebagai satu pendekatan pendidikan yang inovatif yang dapat memperluas kesempatan pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus termasuk anak penyandang cacat.

Terdapat beragam jenis anak berkebutuhan khusus, diantaranya  tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunaganda dan lain sebagainya. Namun sayangnya, tidak semua fasilitas pendidikan tersedia untuk anak-anak tersebut.
Dalam hal ini anak tunaganda adalah yang paling sedikit ketersediaan sekolah atau jarang dilirik pemerintah untuk disediakan layanan pendidikan karena keterbatasan dan kondisi anak yang dianggap paling parah adalah jenis anak yang mengalami kondisi berkelainan ganda atau cacat ganda atau tunaganda atau  multiple handicap. Oleh karena itu, dalam laporan ini akan dijelaskan tentang definisi tunaganda, ciri-ciri perilaku anak tunaganda secara umum dan khusus, factor penyebab terjadinya tunaganda, klasifikasi anak tunaganda, layanan untuk anak tunaganda dan fasilitas atau alat-alat untuk menunjang pembelajaran anak tunaganda.

Dalam kesempatan ini kami melakukan observasi ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Madina yang merupakan salah satu sekolah yang bagi anak berkebutuhan khusus (Tunaganda).

1.2    Rumusan Masalah
Dari masalah-masalah yang kami merumuskan sebagai berikut.
1)      Bagaimana proses pembelajaran untuk anak Tunaganda ?
2)      Apa penyebab factor terjadinya anak Tunaganda ?
3)      Apa saja kendala yang guru dalam mengajar anak Tunaganda ?
4)      Bagaimana bentuk layanan pendidikan yang diberikan untuk anak Tunaganda ?

1.3    Tujuan
Tujuan dari laporan observasi ini adalah sebagai berikut.
1)      Mengetahui proses pembelajaran untuk anak Tunanetra;
2)      Mengetahui factor penyebab anak Tunaganda;
3)      Mengetahui kendala guru dalam mengajar anak Tunaganda;
4)      Mengetahui pelayanan pendidikan yang diberikan untuk anak Tunaganda.

1.4    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan untuk menyusun laporan ini sebagai berikut.
1)      Observasi
Yaitu dengan melihat langung objek yang dikunjungi.
2)      Studi Pustaka
Yaitu mengumpulkan materi dari beberapa buku.
3)      Internet
Yaitu mengumpulkan materi dari beberapa sumber di internet.









BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Definisi Anak Tunaganda

Anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya dapat diatasi dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.
Menurut Departemen Amerika Serikat, anak-anak yang tergolong tunaganda adalah anak-anak yang mempunnyai masalah-masalah jasmani, mental, atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari beberapa masalah tersebut sehingga agar potensi mereka dapat berkembang secara maksimal memerlukan pelayanan pendidiikan sosial, psikology, dan medis yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa secara umum.
Menurut Johnston dan Magrab, Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencangkup kelompok yang memiliki hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi masyarakat.

2.2  Ciri-ciri Perilaku Anak Tunaganda Secara Umum dan Khusus

Ciri-ciri anak tunaganda dibagi menjadi 2, yaitu ciri-ciri secara umum dan khusus.
1.      Ciri-ciri secara umum
-     Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi
-     Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat
-     Seringkali menunjukan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan
-     Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri
-     Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya kostruktif
-     Kecenderungan lupa akan keterampilan yang sudah dikuasai 
-     Memiliki masalah dalam megeneralisasikan keterampilan dari suatu situasi ke situasi lainnya.
2.    Ciri-ciri secara khusus
-     Memiliki ketunaan lebih dari satu jenis. Misal : tunanetra dan tunagrahita, tunanetra dan tunagrahita, tunanetra dan tunarungu-wicara, tunanetra dan tunadaksa dan tunagrahita, dll
-     Ketidakmampuan anak akan semakin parah atau semakin banyak bila tidak cepat mendapatkan bantuan. Hal ini disebabkan kegandaannya yang tidak cepat mendapatkan bantuan
-     Sulit untuk mengadakan evaluasi karena keragaman kegandaannya
-     Membutuhkan instruksi atau pemberitahuan yang sangat terperinci
-     Tidak menyamaratakan pendidikan tunaganda yang satu dengan yang lain walau mempunyai kegandaan yang sama.

2.3  Faktor Penyebab Terjadinya Tunaganda

Terdapat beberapa factor yang menjadi penyebab terjadinya tunaganda yaitu :
·         Faktor Keturunan (Hereditas)
Faktor ini berasal dari keturunan atau gen yang dibwakan oleh orangtuanya.
·         Faktor Sebelum Lahir (Prenatal)
-          Ketika dalam kandungan janin mengalami keracunan, kekurangan gizi, atau terkena infeksi.
-          Saat sedang hamil, ibu yang mengandung menderita penyakit kronis, dan lain-lain.
·         Faktor Ketika Lahir (Natal)
-          Proses persalinan yang menghabiskan waktu yang lama sehingga kehabisan cairan.
-          Persalinan yang dibantu dengan menggunakan alat sehingga terdapat syaraf yang terganggu.
·         Faktor Sesudah Lahir (Post Natal)
Faktor ini disebabkan karena anak mengalami sakit parah atau kronis, kecelakaan atau karena salah mengonsumsi obat.

2.4  Klasifikasi Tunaganda

Dari sekian banyak kemungkinan kombinasi kelainan, ada beberapa kombinasi yang paling sering muncul dibandingkan kombinasi kelainan-kelainan yang lainnya, yaitu:
1.      Kelainan Utama Tunagrahita
a.    Tunagrahita dengan Cerebral Palsy (CP)
Terdapat suatu kecenderungan untuk mengasumsikan bahwa anak-anak cerebral palsy (CP) anak-anak tungrahita. Adapun penyebab terjadinya tunagrahita karena factor genetic atau factor lingkungan sehingga adanya kerusakan pada sistem syaraf pusat yang dapat menyebabkan rusaknya cerebral cortex sehingga menimbulkan tunagrahita.
b.    Tunagrahita dan tunarungu
Anak-anak tunarungu mengalami berbagai masalah dalam perkembangan bahasa dan komunikasi. Sementara pada anak tunagrahita mengalami kelambanan dan keterlambatan dalam belajar. Pada anak tunaganda hal tersebut mungkin saja dapat terjadi, ia mengalami tunagrahita yang sekaligus tunarungu. Karena terdapatnya kombinasi tersebut anak tunganda memerlukan pelayanan yang lebih banyak daripada anak-anak yang mengalami tunagrahita dan tunarungu saja.
c.    Tunagrahita dan masalah-masalah perilaku
Telah diketahui bahwa tunagrahita terdapat hubungan antara tunagrahita dengan gangguan emosional. Biasanya hubngan ini terjadi ada anak yang mengalami tunagrahita berat. Adanya gejala-gejala bhwa tunagrahita yang cukup kuat dan nyata menyertai atau bersama dengan gangguan emosional cendeurung untuk diabaikan atau dikesampingkan. Ini berarti bahwa bagi anak-anak retardasi mental, mereka tidak disarankan untuk memperoleh pelayanna psikoterapi atau[un terapi perilaku, padahal perilaku-perilaku yang aneh pada anak adalah merupakan gejala tunagrahita berat atau sangat berat.
2.      Kelainan utama tunarungu dan tunanetra
Anak buta tuli adalah seorang anak yang memliki gangguan penglihatan dan pendengaran, suatu gabungan yang menyebabkan problema komunikasi dan perkembangan pendidikan lainnya  yang berat sehingga tidak dapat diberikan program pelayanan pendidikan baik di sekolah yang melayani untuk anak-anak tuli maupun di sekolah yang melayani untuk anak-anka buta, dengan penanganan yang baik dan tepat, anak yang mengalami buta dan tuli masih bisa dididik dan berhasil.

2.5   Layanan Pendidikan Tunaganda

 Layanan Pendidikan Gangguan Penglihatan dengan Gangguan Intelektual.
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita dengan tunanetra lebih diarahkan pada pendekatan individual dan pendekatan remediatif. Pendekatan individual didasarkan pada assessment kemampuan untuk mengembangkan sisa potensi yang ada dalam dirinya. Tujuan utama layanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah penguasaan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mengelola diri sendiri. Untuk mencapai itu perlu pembelajaran mengurus diri sendiri dan pengembangan keterampilan vocational terbatas sesuai dengan kemampuannya. Layanan pendidikan khusus bagi anak tunagrahita meliputi latihan sensomotorik, terapi bermain dan okupasi, dan latihan mengurus diri sendiri. Pendekatan pembelajaran dilakukan secara individu dan remediatif. Perkembangan kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya. Anak yang ber IQ 55-70 berbeda dengan anak yang ber IQ 35-55. Pelayanan pendidikan untuk anak tunagrahita terfokus pada :
-            Pengenalan terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
-            Sensorimotor dan persepsi
-            Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu tempat ke tempat yang lain)
-            Kemampuan berbahasa dan komunikasi
-            Bina diri dan kemampuan sosial
Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat pendidikan khusus, alat bantu peraga dan alat peraga.
1.    Alat pendidikan khusus :
a.    Reglet dan pena
b.    Mesin tik braille
c.    Printer Braille
d.   Abacus
2.    Alat bantu :
a.    Alat bantu perabaan (buku-buku, air hangat/dingin, batu, dan sebagainya)
b.    Alat bantu pendengaran ( kaset, CD, talking books)
3.    Alat bantu peraga
a.    Patung hewan
b.      Patung tubuh manusia
c.       Peta timbul

2.6  Pengertian Tunagrahita

Menurut A. Salim Choiri dan Ravik Kursidi, tunagrahita adalah anak yang mengalami perkembangan mental yang berlangsung secara normal, sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidak mampuan dalam bidang intelektual, kemauan, rasa, penyesuian sosial dan sebagainya.
Menurut Mohammad Amin, tunagrahita adalah mereka yang memiliki kecerdasan yang berda dibawah rata-rata orang normal pada umumnya, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2.7  Klasifikasi Tunagrahita

Anak tunagrahita memiliki beberapa klasifikasi. Klasifikasi anak tunagrahita sebagai berikut.
1.      Klasifikasi Medis-Biologis
Menurut pandangan medis tunagrahita dipandang suatu akibat dari beberapa penyakit atau kondisi yang tidak sempurna. Menurut Grosmman Ettel tunagrahita mempunyai daftar etiologis sebagai berikut :
a.       Infeksi/ intixikasi
b.      Ruda paksa  sebab fisik lain
c.       Gangguan metabolism
d.      Penyakit otak yang nyata
e.       Penyakit prenatal yang tidak diketahui
f.       Kelainan kromosom
g.      Gangguan waktu kehamilan
h.      Pengaruh lingkungan
i.        Akibat kondisi lain yang tidak tergolongkan.
2.      Klasifikasi Sosial Psikologis
Klasifikasi sosial psikologis criteria psikomotorik dan perilaku adaptif. Menurut Grosmman Ettel, terdapat 4 retardasi mental menurut skala intelegensi Wechsler yaitu:
a.       Retardasi mental ringan IQ 55-69
b.      Retardasi mental sedang IQ 40-54
c.       Retardasi mental berat IQ 25-39
d.      Retardasi mental sangat berat IQ 24 kebawah
Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku juga terdiri dari 4 macam :
a.       Ringan
b.      Sedang
c.       Berat
d.      Sangat berat
3.      Klasifikasi untuk keperluan Pembelajaran
Terdapat 4 kelompok perbedaan untuk keperluan pemeblajaran yaitu:
a.       Taraf pembatasan atau lamban belajar (the borderline or they slow learner)
b.      Tunagrahita mampu didik (Educable mentally retarded)
c.       Tuna grahita mampu latih (Trainable mentally retarded IQ 30-50)
d.      Tunagrahita mampu rawat ( Independent or profoundly mental retarded IQ 30 kebawah)

2.8  Penyebab Tunagrahita
Ada beberapa factor penyebab tunagrahita antara lain :
1.      Faktor Genetik
Penentuan dibidang biokimia dan genetic telah memberikan penjelasan tentang tunagrahita. Penyebab tunagrahita karena biokimia atau biochemical disorders dan abnormalitas kromosom chromosomal abnormal malities.
a.       Kerusakan Biokimia
Pada saat ini lebih dari 90 penyakit yang dapat menyebabkan kelainan metabolisme sejak kelahiran, hal tersebut dapat diturunkan secara genetika atau penurunan sifat.
b.      Abnormalitas kromosom
Abnormalitas kromosom atau sindroma down atau sindroman mongol lejeune. Pada anak sindroma down memiliki 47 kromosom karena pasangan kromosom ke 21 terdiri dari 3 kromosom. Kelaainan tersebut terletak pada kromosom nomer 3 pada pasangan ke 21.
2.      Penyebab Tunagrahita Pada Masa Prenatal
a.       Infeksi Rubella (Cacar)
Misalnya retardasi mental, gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati, dan mikrosefalli.
b.      Faktor Rhisus (Rh)
Rh positif bersatu dalam satu aliran darah, maka akan terbentuk agglutinin yang menyebabkan sel darah menggumpal dan mengahabiskan sel-sel yang tidak dewasa.
3.      Penyebab Pada Masa Natal
Yaitu pada saat kelahiran sesak nafas, luka saat kelahiran prematuritas. Kerusakan otak sesak nafas karena kekurangan oksigen.
4.      Penyebab Pada Masa Post Natal
Penyakit akibat infeksi dan problem nutrisi. Penyakit encephalitis adalah suatu pandangan sistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus tertentu dan meningitis adalah suatu kondisi yang berasal dari infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan pada selaput otak dan dapat menimbulkan pada sistem saraf pusat.

2.9  Karakteristik Tunagrahita

Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik dan mendapatkan pelayanan pendidikan yang bervariasi disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki siswa.
1.      Karakteristik Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancer bicara tetapi kurang dalam pembendaharaan katanya, mengalami kesukaran dalam berfikir abstrak tetapi masih mampu mengikuti kegiatan akademi dalam batas-batas tertentu. Pada umur 16 tahun baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun
2.      Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik, mereka umumnya dilatih untuk merawat diri dan aktifitas sehari-hari. Pada umur dewasa baru mencapai tingkat kecerdasan yang sama dengan anak 7 tahun.
3.      Karakteristik Berat Dan Sangat Berat
Anak tunagrahita beraat dan sangat berat sepanjang hidupnya selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan bahaya, kurang dapat bercakap-cakap, kecerdasannya hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berusia 3-4 tahun. Karakteristik anak tunagrahita menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam proyek pusat pengembangan guru tertulis tahun 1995-1996, ada 7 karateristik, yaitu :
1.    Penampilan fisik tidak terlalu seimbang (kepala terlalu kecil atau terlalu besar, tipe mongoloid)
2.    Selalu mengeluarkan air liur dan tampak bengong
3.    Tidak dapat mengurus diri sesuai dengan usia
4.    Perkembangan bahasa atau bicara terlambat
5.    Tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap lingkungan
6.    Koordinasi gerakan kurang, gerakan tidak terkendali
7.    Perkembangan fungsi penglihatan dan kemampuan berfikir lambat.

2.10  Pengertian Anak Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah perekam suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).



2.11          Karakteristik Anak dengan Kebutuhan Khusus (Tunanetra)

Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini ciri-ciri yang menonjol dari anak dengan kebutuhan khusus (tunanetra).
Ciri-ciri tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan adalah sebagai berikut, tidak mampu melihat, tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, kerusakan nyata pada kedua bola mata, sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan, mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya, bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering, peradangan hebat pada kedua bola mata, mata bergoyang terus.
1.      Ciri Intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya
2.      Sosial
-       Menutup diri
-       Perasaan mudah tersinggung
-       Curiga terhadap orang lain
-       Mengenal orang lewat suara/rabaan
-       Antisipasi terhadap orang yang pernah mengecewakannya









BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Profil Sekolah
IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah                        : SLBS MADINA
Npsn                                       : 20605320
Alamat Sekolah
a.       Jalan                                 : Griya Gemilang Sakti II B.4 No. 4-7 Ciracas
b.      Kecamatan                       : Serang
c.       Kota                                 : Kota Serang
d.      Provinsi                            : Banten
Jenjang                                   : SLB
Status Sekolah                        : Swasta
Kegiatan Belajar Mengajar     : Pagi
Sarana dan Prasarana Sekolah :
-          Perpustakaan
-          Lapangan
-          Lab. Komputer
-          Ruang keterampilanMenjahit
-          Ruang keterampilan tata busana
-          Ruang otomotif
-          Ruang seni musik
-          Ruang terapi / UKS
-          Ruang keteramilan tata boga
-          Mushola
-          Taman
3.2    Identitas Siswa
Nama                    : Abang (Nama panggilan)
Umur                    : 11 tahun
Jumlah Saudara    : 2 adik perempuan
Yang mengantar dan menjemput ke sekolah : Nenek
Nama ibu guru : Ibu Fuji, S.Pd

3.3    Pelaksanaan Observasi
1.        Tempat Observasi

a.       Nama Sekolah      : Sekolah Luar Biasa Madina
b.      Alamat                  : Griya Gemilang Sakti II B.4 No. 4-7 Ciracas
c.       Kecamatan            : Serang
d.      Kota                      : Kota Serang

2.        Waktu Observasi

            Kegiatan observasi dilakukan di Sekolah Luar Biasa Madina, yang dilaksanakan pada hari Senin 28 September 2015 pukul 08.30 hingga 11.00 WIB.

3.        Subjek Penelitian

            Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa yang mengalami dua ketunaan (tunaganda) yaitu tunanetra dan tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Madina. Subjek penelitian kami adalah siswa kelas 3 SD yang bernama Abang.

4.        Hasil Observasi

            Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada siswa yang mengalami dua ketunaan (tunaganda) yaitu tunanetra dan tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Madina, di SLB tersebut terdapat 1 siswa SD yang yang mengalami tunaganda. Di SLB Madina menerima berbagai siswa dengan berbagai macam ketunaan, seperti tunanetra, tunagrahita, tunarungu, tunadaksa, autis, dan tunaganda.
            Proses pembelajaran pada siswa yang mengalami tunaganda disatukan dengan dengan siswa yang mengalami kebutuhan lainnya dan tingkatan kelas dari kelas 1 sampai kelas 3 disatukan dalam satu kelas yang sama, dalam satu kelas terdapat 2 guru yang membimbing dan mengawasi mereka. Dalam satu kelas terdapat 10 siswa yang mengalami kebutuhan yang berbeda-beda, pada saat proses pembelajaran dikelas guru menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan tingkatan kelas siswa.
            Sebelum melakukan proses pembelajaran di kelas guru membiasakan para peserta didik untuk melakukan doa surat-surat pendek, doa sehari-hari, dan bernyanyi. Siswa yang mengalami tunaganda (tunanetra dan tunagrahita) materi pembelajaran yang sudah diberikan harus selalu diulang-ulang sebelum masuk pada materi yang berikutnya hal tersebut dilakukan agar anak dapat mengingat apa yang telah dipelajari sebelumnya dan untuk menulis siswa yang mengalami tunaganda menggunakan mesin tik dan reglet, siswa diajarkan untuk menjadi mandiri dengan diajarkan kemandirian seperti makan sendiri, mencari tempat duduk sendiri, memasukkan alat tulis sendiri, berjalan masuk dan keluar kelas sendiri, menggerakan badan sesuai dengan instruksi, menulis, dan bersosialisasi. Untuk pelajaran olahraga anak tunaganda (abang) harus didampingi oleh oleh guru selama proses pembelajaran olahragara itu berlangsung. Karena bila tidak didampingi ia akan kesulitan untuk mengikuti olahraga tersebut.
Proses pengenalan awal untuk siswa yang memiliki kebutuhan tunaganda yaitu dengan diajarkan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, Bina diri, menggerakan badan sesuai dengan instruksi, melatih untuk dapat mandiri, diperkenalkan dengan huruf-huruf braile, dan cara untuk menggunakan alat tulis mesin tik dan reglet.
Kurikulum yang digunanakan SLB Madina adalah KTSP 2006. Namun, dalam pelaksanaannya SLB Madina tidak mengikuti secara keselurahan KTSP 2006 karena melihat dari kebutuhan siswanya yang berbeda-beda. Mata pelajaran yang digunakan di SLB Madina sama dengan sekolah pada umumnya, hanya saja ada beberapa mata pelajaran yang dimodifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Dan setiap dua minggu sekali guru mengadakan pertemuan orangtua siswa untuk memberitahukan perkembangan apa saja yang sudah didapatkan oleh siswa selama proses kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah. Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Luar Biasa Madina berlangsung selama lima hari dari hari senin-jumat, pukul 07.30- 10.00 WIB.
Kelemahan dalam proses pembelajaran yang terjadi di Sekolah Luar Biasa Madina adalah Keterbatasan tenaga pengajar, seharusnya anak yang mengalami tunaganda didampingi oleh 2 guru sekaligus melihat kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak tunaganda lebih banyak daripada kebutuhan anak yang hanya memilki satu ketunaan saja, dan karena tenaga pengajar yang sangat kurang sehingga tingkatan kelas 1-6 disatukan dalam satu kelas sehingga proses pembelajaran dalam kelas kurang maksimal. Sulit untuk menyesuaikan materi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, Karena semua siswa disatukan dalam satu kelas yang sama dan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda pula, dan guru yang berda didalam kelas hanya 2 guru saja. Hal ini dapat memperlambat proses pembelajaran karena tidak bisa berjalan dengan maksimal.
Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan membacakan soal yang akan diujikan kepada siswa.




























BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
·      Anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.
·      Ciri-ciri secara umum
-     Kurang komunikasi
-     Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat
-     Menunjukan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan
-     Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri
-     Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya kostruktif
-     Kecenderungan lupa akan keterampilan yang sudah dikuasai 
-     Memiliki masalah dalam megeneralisasikan keterampilan dari suatu situasi ke situasi lainnya.
·      Ciri-ciri secara khusus
-     Memiliki ketunaan lebih dari satu jenis. Misal : tunanetra dan tunagrahita, tunanetra dan tunagrahita, tunanetra dan tunarungu-wicara, tunanetra dan tunadaksa dan tunagrahita, dll
-     Ketidakmampuan anak akan semakin parah atau semakin banyak bila tidak cepat mendapatkan bantuan. Hal ini disebabkan kegandaannya yang tidak cepat mendapatkan bantuan
-     Sulit untuk mengadakan evaluasi karena keragaman kegandaannya
-     Membutuhkan instruksi atau pemberitahuan yang sangat terperinci
-     Tidak menyamaratakan pendidikan tunaganda yang satu dengan yang lain walau mempunyai kegandaan yang sama.
·      Faktor Penyebab Terjadinya Tunaganda
-     Faktor Keturunan (Hereditas)
-     Faktor Sebelum Lahir (Prenatal)
-     Faktor Ketika Lahir (Natal)
-     Faktor Sesudah Lahir (Post Natal)
·         Kurikulum yang digunakan adalah KTSP 2006, namun sedikit dimodifiaksi dalam pelaksanaannya untuk mempermudah dalam proses pembelajaran.
·         Evaluasi yang diberikan kepada siswa yaitu materi yang sudah diberikan dan diujikan dengan cara membacakan soal yang akan diujika kepada siswa.

4.2    Saran
Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di Sekolah Luar Biasa Madina, sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran harus lebih ditingkatkan, terutama penambahan jumlah tenaga pengajar karena seharusnya siswa yang mengalami tunaganda mendapatkan bimbingan 2 guru sekaligus, dan pemisahan kelas antara tingkatan kelas lainnya dan yang memiliki kebutuhan yang berbeda juga harus dipisahkan. Hal tersebut agar kegiatan belajar mengajar berjalan lebih efektif dan maksimal.














Daftar Pustaka