LAPORAN
HASIL OBSERVASI
ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNAGANDA)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Inklusi
Disusun oleh :
Diana (2227140843)
Kelas : 3 C
PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015-2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan inklusi adalah wujud nyata komitmen
penyediaan kesempatan belajar bagi semua anak, remaja, dan orang dewasa dengan
fokus pada individu yang tergolong minoritas, terpinggirkan dan tidak
terperhatikan, dengan adanya pendidikan inklusi diharapkan agar semua anak
tanpa terkecuali mendapatkan pendidikan secara merata tanpa melihat kondisi
fisik, latar belakang, mental, intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis
kelamin, sosial budaya, tempat tinggal, bahasa dan lainnya.
Berdasarkan peraturan
menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.70 tahun 2009 tentang
pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya yang diselenggarakan secara
inklusif. Pendidikan
inklusif diyakini sebagai satu pendekatan pendidikan yang inovatif yang dapat
memperluas kesempatan pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus termasuk
anak penyandang cacat.
Terdapat
beragam jenis anak berkebutuhan khusus, diantaranya tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita,
tunalaras, tunaganda dan lain sebagainya. Namun sayangnya, tidak semua
fasilitas pendidikan tersedia untuk anak-anak tersebut.
Dalam hal
ini anak tunaganda adalah yang paling sedikit ketersediaan sekolah atau jarang
dilirik pemerintah untuk disediakan layanan pendidikan karena keterbatasan dan
kondisi anak yang dianggap paling parah adalah jenis anak yang mengalami
kondisi berkelainan ganda atau cacat ganda atau tunaganda atau multiple handicap. Oleh karena itu, dalam laporan ini akan
dijelaskan tentang definisi tunaganda, ciri-ciri perilaku
anak tunaganda secara umum dan khusus, factor penyebab terjadinya tunaganda,
klasifikasi anak tunaganda, layanan untuk anak tunaganda dan fasilitas atau
alat-alat untuk menunjang pembelajaran anak tunaganda.
Dalam
kesempatan ini kami melakukan observasi ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Madina yang
merupakan salah satu sekolah yang bagi anak berkebutuhan khusus (Tunaganda).
1.2 Rumusan Masalah
Dari
masalah-masalah yang kami merumuskan sebagai berikut.
1)
Bagaimana proses pembelajaran untuk anak
Tunaganda ?
2)
Apa penyebab factor terjadinya anak
Tunaganda ?
3)
Apa saja kendala yang guru dalam
mengajar anak Tunaganda ?
4)
Bagaimana bentuk layanan pendidikan yang
diberikan untuk anak Tunaganda ?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari laporan observasi ini adalah sebagai berikut.
1)
Mengetahui proses pembelajaran untuk
anak Tunanetra;
2)
Mengetahui factor penyebab anak
Tunaganda;
3)
Mengetahui kendala guru dalam mengajar
anak Tunaganda;
4)
Mengetahui pelayanan pendidikan yang
diberikan untuk anak Tunaganda.
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang kami gunakan untuk menyusun laporan ini sebagai berikut.
1)
Observasi
Yaitu
dengan melihat langung objek yang dikunjungi.
2)
Studi Pustaka
Yaitu
mengumpulkan materi dari beberapa buku.
3)
Internet
Yaitu
mengumpulkan materi dari beberapa sumber di internet.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Definisi Anak Tunaganda
Anak
tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan
atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga
dia tidak hanya dapat diatasi dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu
kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan
sesuai kelainan yang dimiliki.
Menurut Departemen Amerika Serikat, anak-anak
yang tergolong tunaganda adalah anak-anak yang mempunnyai masalah-masalah
jasmani, mental, atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari beberapa
masalah tersebut sehingga agar potensi mereka dapat berkembang secara maksimal
memerlukan pelayanan pendidiikan sosial, psikology, dan medis yang melebihi
pelayanan program pendidikan luar biasa secara umum.
Menurut Johnston dan Magrab, Tunaganda
adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencangkup kelompok yang
memiliki hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu
atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa
atau hubungan pribadi masyarakat.
2.2
Ciri-ciri Perilaku Anak Tunaganda Secara Umum dan
Khusus
Ciri-ciri anak
tunaganda dibagi menjadi 2, yaitu ciri-ciri secara umum dan khusus.
1.
Ciri-ciri secara
umum
-
Kurang
komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi
-
Perkembangan
motorik dan fisiknya terlambat
-
Seringkali
menunjukan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan
-
Kurang dalam
keterampilan menolong diri sendiri
-
Jarang
berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya kostruktif
-
Kecenderungan
lupa akan keterampilan yang sudah dikuasai
-
Memiliki masalah
dalam megeneralisasikan keterampilan dari suatu situasi ke situasi lainnya.
2.
Ciri-ciri secara
khusus
-
Memiliki
ketunaan lebih dari satu jenis. Misal : tunanetra dan tunagrahita, tunanetra
dan tunagrahita, tunanetra dan tunarungu-wicara, tunanetra dan tunadaksa dan
tunagrahita, dll
-
Ketidakmampuan
anak akan semakin parah atau semakin banyak bila tidak cepat mendapatkan
bantuan. Hal ini disebabkan kegandaannya yang tidak cepat mendapatkan bantuan
-
Sulit untuk
mengadakan evaluasi karena keragaman kegandaannya
-
Membutuhkan instruksi
atau pemberitahuan yang sangat terperinci
-
Tidak
menyamaratakan pendidikan tunaganda yang satu dengan yang lain walau mempunyai
kegandaan yang sama.
2.3
Faktor Penyebab Terjadinya Tunaganda
Terdapat
beberapa factor yang menjadi penyebab terjadinya tunaganda yaitu :
·
Faktor Keturunan
(Hereditas)
Faktor ini berasal dari keturunan atau gen yang
dibwakan oleh orangtuanya.
·
Faktor Sebelum
Lahir (Prenatal)
-
Ketika dalam
kandungan janin mengalami keracunan, kekurangan gizi, atau terkena infeksi.
-
Saat sedang hamil,
ibu yang mengandung menderita penyakit kronis, dan lain-lain.
·
Faktor Ketika
Lahir (Natal)
-
Proses
persalinan yang menghabiskan waktu yang lama sehingga kehabisan cairan.
-
Persalinan yang
dibantu dengan menggunakan alat sehingga terdapat syaraf yang terganggu.
·
Faktor Sesudah
Lahir (Post Natal)
Faktor ini disebabkan karena anak mengalami sakit
parah atau kronis, kecelakaan atau karena salah mengonsumsi obat.
2.4
Klasifikasi Tunaganda
Dari sekian banyak kemungkinan kombinasi kelainan, ada
beberapa kombinasi yang paling sering muncul dibandingkan kombinasi
kelainan-kelainan yang lainnya, yaitu:
1.
Kelainan Utama Tunagrahita
a.
Tunagrahita dengan Cerebral Palsy (CP)
Terdapat suatu kecenderungan untuk mengasumsikan bahwa
anak-anak cerebral palsy (CP) anak-anak tungrahita. Adapun penyebab terjadinya
tunagrahita karena factor genetic atau factor lingkungan sehingga adanya
kerusakan pada sistem syaraf pusat yang dapat menyebabkan rusaknya cerebral
cortex sehingga menimbulkan tunagrahita.
b.
Tunagrahita dan tunarungu
Anak-anak tunarungu mengalami berbagai masalah dalam
perkembangan bahasa dan komunikasi. Sementara pada anak tunagrahita mengalami
kelambanan dan keterlambatan dalam belajar. Pada anak tunaganda hal tersebut
mungkin saja dapat terjadi, ia mengalami tunagrahita yang sekaligus tunarungu.
Karena terdapatnya kombinasi tersebut anak tunganda memerlukan pelayanan yang
lebih banyak daripada anak-anak yang mengalami tunagrahita dan tunarungu saja.
c.
Tunagrahita dan masalah-masalah perilaku
Telah diketahui bahwa tunagrahita terdapat hubungan antara
tunagrahita dengan gangguan emosional. Biasanya hubngan ini terjadi ada anak
yang mengalami tunagrahita berat. Adanya gejala-gejala bhwa tunagrahita yang
cukup kuat dan nyata menyertai atau bersama dengan gangguan emosional cendeurung
untuk diabaikan atau dikesampingkan. Ini berarti bahwa bagi anak-anak retardasi
mental, mereka tidak disarankan untuk memperoleh pelayanna psikoterapi atau[un
terapi perilaku, padahal perilaku-perilaku yang aneh pada anak adalah merupakan
gejala tunagrahita berat atau sangat berat.
2.
Kelainan utama tunarungu dan tunanetra
Anak buta tuli adalah seorang anak yang memliki gangguan
penglihatan dan pendengaran, suatu gabungan yang menyebabkan problema
komunikasi dan perkembangan pendidikan lainnya
yang berat sehingga tidak dapat diberikan program pelayanan pendidikan
baik di sekolah yang melayani untuk anak-anak tuli maupun di sekolah yang
melayani untuk anak-anka buta, dengan penanganan yang baik dan tepat, anak yang
mengalami buta dan tuli masih bisa dididik dan berhasil.
2.5
Layanan
Pendidikan Tunaganda
Layanan Pendidikan Gangguan Penglihatan dengan
Gangguan Intelektual.
Pendekatan layanan
pendidikan bagi anak tunagrahita dengan tunanetra lebih diarahkan pada
pendekatan individual dan pendekatan remediatif. Pendekatan individual
didasarkan pada assessment kemampuan untuk mengembangkan sisa potensi yang ada
dalam dirinya. Tujuan utama layanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah
penguasaan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mengelola diri
sendiri. Untuk mencapai itu perlu pembelajaran mengurus diri sendiri dan
pengembangan keterampilan vocational terbatas sesuai dengan kemampuannya.
Layanan pendidikan khusus bagi anak tunagrahita meliputi latihan sensomotorik,
terapi bermain dan okupasi, dan latihan mengurus diri sendiri. Pendekatan
pembelajaran dilakukan secara individu dan remediatif. Perkembangan kemampuan
anak berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya. Anak yang ber IQ 55-70 berbeda
dengan anak yang ber IQ 35-55. Pelayanan pendidikan untuk anak tunagrahita
terfokus pada :
-
Pengenalan
terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
-
Sensorimotor dan
persepsi
-
Motorik kasar
dan ambulasi (pindah dari satu tempat ke tempat yang lain)
-
Kemampuan
berbahasa dan komunikasi
-
Bina diri dan kemampuan
sosial
Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat
pendidikan khusus, alat bantu peraga dan alat peraga.
1.
Alat pendidikan
khusus :
a.
Reglet dan pena
b.
Mesin tik
braille
c.
Printer Braille
d.
Abacus
2.
Alat bantu :
a.
Alat bantu
perabaan (buku-buku, air hangat/dingin, batu, dan sebagainya)
b.
Alat bantu
pendengaran ( kaset, CD, talking books)
3.
Alat bantu
peraga
a.
Patung hewan
b.
Patung tubuh
manusia
c.
Peta timbul
2.6
Pengertian Tunagrahita
Menurut A. Salim Choiri
dan Ravik Kursidi, tunagrahita adalah anak yang mengalami perkembangan mental
yang berlangsung secara normal, sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidak
mampuan dalam bidang intelektual, kemauan, rasa, penyesuian sosial dan
sebagainya.
Menurut Mohammad Amin,
tunagrahita adalah mereka yang memiliki kecerdasan yang berda dibawah rata-rata
orang normal pada umumnya, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2.7
Klasifikasi Tunagrahita
Anak tunagrahita
memiliki beberapa klasifikasi. Klasifikasi anak tunagrahita sebagai berikut.
1.
Klasifikasi
Medis-Biologis
Menurut
pandangan medis tunagrahita dipandang suatu akibat dari beberapa penyakit atau
kondisi yang tidak sempurna. Menurut Grosmman Ettel tunagrahita mempunyai
daftar etiologis sebagai berikut :
a.
Infeksi/ intixikasi
b.
Ruda paksa sebab fisik lain
c.
Gangguan
metabolism
d.
Penyakit otak
yang nyata
e.
Penyakit
prenatal yang tidak diketahui
f.
Kelainan
kromosom
g.
Gangguan waktu
kehamilan
h.
Pengaruh
lingkungan
i.
Akibat kondisi lain
yang tidak tergolongkan.
2.
Klasifikasi
Sosial Psikologis
Klasifikasi
sosial psikologis criteria psikomotorik dan perilaku adaptif. Menurut Grosmman
Ettel, terdapat 4 retardasi mental menurut skala intelegensi Wechsler yaitu:
a.
Retardasi mental
ringan IQ 55-69
b.
Retardasi mental
sedang IQ 40-54
c.
Retardasi mental
berat IQ 25-39
d.
Retardasi mental
sangat berat IQ 24 kebawah
Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku juga
terdiri dari 4 macam :
a.
Ringan
b.
Sedang
c.
Berat
d.
Sangat berat
3. Klasifikasi untuk keperluan Pembelajaran
Terdapat 4 kelompok perbedaan untuk keperluan pemeblajaran
yaitu:
a.
Taraf pembatasan
atau lamban belajar (the borderline or
they slow learner)
b.
Tunagrahita
mampu didik (Educable mentally retarded)
c.
Tuna grahita
mampu latih (Trainable mentally retarded
IQ 30-50)
d.
Tunagrahita
mampu rawat ( Independent or profoundly
mental retarded IQ 30 kebawah)
2.8
Penyebab Tunagrahita
Ada beberapa factor penyebab tunagrahita
antara lain :
1.
Faktor Genetik
Penentuan dibidang biokimia dan genetic telah
memberikan penjelasan tentang tunagrahita. Penyebab tunagrahita karena biokimia
atau biochemical disorders dan abnormalitas kromosom chromosomal abnormal
malities.
a.
Kerusakan
Biokimia
Pada
saat ini lebih dari 90 penyakit yang dapat menyebabkan kelainan metabolisme
sejak kelahiran, hal tersebut dapat diturunkan secara genetika atau penurunan
sifat.
b.
Abnormalitas
kromosom
Abnormalitas
kromosom atau sindroma down atau sindroman mongol lejeune. Pada anak sindroma
down memiliki 47 kromosom karena pasangan kromosom ke 21 terdiri dari 3
kromosom. Kelaainan tersebut terletak pada kromosom nomer 3 pada pasangan ke
21.
2.
Penyebab
Tunagrahita Pada Masa Prenatal
a.
Infeksi Rubella
(Cacar)
Misalnya
retardasi mental, gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati, dan mikrosefalli.
b.
Faktor Rhisus
(Rh)
Rh
positif bersatu dalam satu aliran darah, maka akan terbentuk agglutinin yang
menyebabkan sel darah menggumpal dan mengahabiskan sel-sel yang tidak dewasa.
3.
Penyebab Pada
Masa Natal
Yaitu pada saat kelahiran sesak nafas, luka saat
kelahiran prematuritas. Kerusakan otak sesak nafas karena kekurangan oksigen.
4.
Penyebab Pada
Masa Post Natal
Penyakit akibat infeksi dan problem nutrisi.
Penyakit encephalitis adalah suatu pandangan sistem saraf pusat yang disebabkan
oleh virus tertentu dan meningitis adalah suatu kondisi yang berasal dari
infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan pada selaput otak dan dapat
menimbulkan pada sistem saraf pusat.
2.9
Karakteristik Tunagrahita
Anak
tunagrahita memiliki beberapa karakteristik dan mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bervariasi disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki
siswa.
1.
Karakteristik
Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancer bicara
tetapi kurang dalam pembendaharaan katanya, mengalami kesukaran dalam berfikir
abstrak tetapi masih mampu mengikuti kegiatan akademi dalam batas-batas
tertentu. Pada umur 16 tahun baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak
umur 12 tahun
2.
Karakteristik
Anak Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa
mempelajari pelajaran-pelajaran akademik, mereka umumnya dilatih untuk merawat
diri dan aktifitas sehari-hari. Pada umur dewasa baru mencapai tingkat
kecerdasan yang sama dengan anak 7 tahun.
3.
Karakteristik
Berat Dan Sangat Berat
Anak tunagrahita beraat dan sangat berat sepanjang
hidupnya selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka
tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan bahaya, kurang dapat
bercakap-cakap, kecerdasannya hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak
normal yang berusia 3-4 tahun. Karakteristik anak tunagrahita menurut
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam proyek pusat pengembangan guru
tertulis tahun 1995-1996, ada 7 karateristik, yaitu :
1.
Penampilan fisik
tidak terlalu seimbang (kepala terlalu kecil atau terlalu besar, tipe
mongoloid)
2.
Selalu
mengeluarkan air liur dan tampak bengong
3.
Tidak dapat
mengurus diri sesuai dengan usia
4.
Perkembangan
bahasa atau bicara terlambat
5.
Tidak ada atau
kurang sekali perhatian terhadap lingkungan
6.
Koordinasi gerakan
kurang, gerakan tidak terkendali
7.
Perkembangan
fungsi penglihatan dan kemampuan berfikir lambat.
2.10 Pengertian
Anak Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Definisi
Tunanetra menurut Kaufman &
Hallahan adalah individu
yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60
setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra
memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran
menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata.
sedangkan media yang bersuara adalah perekam
suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di
sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi
dan Mobilitas.
Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui
tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium).
2.11
Karakteristik Anak dengan
Kebutuhan Khusus (Tunanetra)
Setiap
anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini ciri-ciri yang
menonjol dari anak dengan kebutuhan khusus (tunanetra).
Ciri-ciri
tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan adalah sebagai berikut,
tidak mampu melihat, tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, kerusakan
nyata pada kedua bola mata, sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya, bagian bola mata yang
hitam berwarna keruh/besisik/kering, peradangan hebat pada kedua bola mata,
mata bergoyang terus.
1.
Ciri Intelektual
Intelektual
atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas.
Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah.
Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi
dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih,
gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya
2.
Sosial
-
Menutup diri
-
Perasaan mudah tersinggung
-
Curiga terhadap orang lain
-
Mengenal orang lewat suara/rabaan
-
Antisipasi terhadap orang yang pernah mengecewakannya
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Sekolah
IDENTITAS SEKOLAH
Nama
Sekolah : SLBS
MADINA
Npsn :
20605320
Alamat
Sekolah
a.
Jalan :
Griya Gemilang Sakti II B.4 No. 4-7 Ciracas
b.
Kecamatan : Serang
c.
Kota :
Kota Serang
d.
Provinsi :
Banten
Jenjang :
SLB
Status Sekolah :
Swasta
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
Sarana dan Prasarana Sekolah :
-
Perpustakaan
-
Lapangan
-
Lab. Komputer
-
Ruang keterampilanMenjahit
-
Ruang keterampilan tata busana
-
Ruang otomotif
-
Ruang seni musik
-
Ruang terapi / UKS
-
Ruang keteramilan tata boga
-
Mushola
-
Taman
3.2 Identitas Siswa
Nama :
Abang (Nama panggilan)
Umur :
11 tahun
Jumlah Saudara : 2 adik perempuan
Yang mengantar dan
menjemput ke sekolah : Nenek
Nama ibu guru : Ibu
Fuji, S.Pd
3.3 Pelaksanaan Observasi
1.
Tempat
Observasi
a.
Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa Madina
b.
Alamat :
Griya Gemilang Sakti II B.4 No. 4-7 Ciracas
c.
Kecamatan : Serang
d.
Kota :
Kota Serang
2.
Waktu
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan di
Sekolah Luar Biasa Madina, yang dilaksanakan pada hari Senin 28 September 2015
pukul 08.30 hingga 11.00 WIB.
3.
Subjek
Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan
subjek penelitian adalah siswa yang mengalami dua ketunaan (tunaganda) yaitu
tunanetra dan tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Madina. Subjek penelitian kami
adalah siswa kelas 3 SD yang bernama Abang.
4.
Hasil
Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang
kami lakukan pada siswa yang mengalami dua ketunaan (tunaganda) yaitu tunanetra
dan tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Madina, di SLB tersebut terdapat 1 siswa
SD yang yang mengalami tunaganda. Di SLB Madina menerima berbagai siswa dengan
berbagai macam ketunaan, seperti tunanetra, tunagrahita, tunarungu, tunadaksa,
autis, dan tunaganda.
Proses pembelajaran pada siswa yang
mengalami tunaganda disatukan dengan dengan siswa yang mengalami kebutuhan lainnya
dan tingkatan kelas dari kelas 1 sampai kelas 3 disatukan dalam satu kelas yang
sama, dalam satu kelas terdapat 2 guru yang membimbing dan mengawasi mereka. Dalam
satu kelas terdapat 10 siswa yang mengalami kebutuhan yang berbeda-beda, pada
saat proses pembelajaran dikelas guru menyesuaikan materi pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan siswa dan tingkatan kelas siswa.
Sebelum melakukan proses
pembelajaran di kelas guru membiasakan para peserta didik untuk melakukan doa
surat-surat pendek, doa sehari-hari, dan bernyanyi. Siswa yang mengalami
tunaganda (tunanetra dan tunagrahita) materi pembelajaran yang sudah diberikan
harus selalu diulang-ulang sebelum masuk pada materi yang berikutnya hal
tersebut dilakukan agar anak dapat mengingat apa yang telah dipelajari
sebelumnya dan untuk menulis siswa yang mengalami tunaganda menggunakan mesin
tik dan reglet, siswa diajarkan untuk menjadi mandiri dengan diajarkan
kemandirian seperti makan sendiri, mencari tempat duduk sendiri, memasukkan
alat tulis sendiri, berjalan masuk dan keluar kelas sendiri, menggerakan badan
sesuai dengan instruksi, menulis, dan bersosialisasi. Untuk pelajaran olahraga
anak tunaganda (abang) harus didampingi oleh oleh guru selama proses
pembelajaran olahragara itu berlangsung. Karena bila tidak didampingi ia akan
kesulitan untuk mengikuti olahraga tersebut.
Proses
pengenalan awal untuk siswa yang memiliki kebutuhan tunaganda yaitu dengan
diajarkan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, Bina diri, menggerakan
badan sesuai dengan instruksi, melatih untuk dapat mandiri, diperkenalkan
dengan huruf-huruf braile, dan cara untuk menggunakan alat tulis mesin tik dan
reglet.
Kurikulum
yang digunanakan SLB Madina adalah KTSP 2006. Namun, dalam pelaksanaannya SLB
Madina tidak mengikuti secara keselurahan KTSP 2006 karena melihat dari
kebutuhan siswanya yang berbeda-beda. Mata pelajaran yang digunakan di SLB
Madina sama dengan sekolah pada umumnya, hanya saja ada beberapa mata pelajaran
yang dimodifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Dan
setiap dua minggu sekali guru mengadakan pertemuan orangtua siswa untuk
memberitahukan perkembangan apa saja yang sudah didapatkan oleh siswa selama
proses kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah. Kegiatan belajar mengajar
di Sekolah Luar Biasa Madina berlangsung selama lima hari dari hari
senin-jumat, pukul 07.30- 10.00 WIB.
Kelemahan
dalam proses pembelajaran yang terjadi di Sekolah Luar Biasa Madina adalah
Keterbatasan tenaga pengajar, seharusnya anak yang mengalami tunaganda
didampingi oleh 2 guru sekaligus melihat kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak
tunaganda lebih banyak daripada kebutuhan anak yang hanya memilki satu ketunaan
saja, dan karena tenaga pengajar yang sangat kurang sehingga tingkatan kelas
1-6 disatukan dalam satu kelas sehingga proses pembelajaran dalam kelas kurang
maksimal. Sulit untuk menyesuaikan materi antara siswa yang satu dengan siswa
yang lainnya, Karena semua siswa disatukan dalam satu kelas yang sama dan
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda pula, dan guru yang berda didalam kelas hanya
2 guru saja. Hal ini dapat memperlambat proses pembelajaran karena tidak bisa
berjalan dengan maksimal.
Evaluasi
pembelajaran dilakukan dengan membacakan soal yang akan diujikan kepada siswa.
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
· Anak tunaganda adalah anak yang
memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang
menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya
dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan
harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.
·
Ciri-ciri secara
umum
-
Kurang
komunikasi
-
Perkembangan
motorik dan fisiknya terlambat
-
Menunjukan
perilaku yang aneh dan tidak bertujuan
-
Kurang dalam
keterampilan menolong diri sendiri
-
Jarang
berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya kostruktif
-
Kecenderungan
lupa akan keterampilan yang sudah dikuasai
-
Memiliki masalah
dalam megeneralisasikan keterampilan dari suatu situasi ke situasi lainnya.
·
Ciri-ciri secara
khusus
-
Memiliki
ketunaan lebih dari satu jenis. Misal : tunanetra dan tunagrahita, tunanetra
dan tunagrahita, tunanetra dan tunarungu-wicara, tunanetra dan tunadaksa dan
tunagrahita, dll
-
Ketidakmampuan
anak akan semakin parah atau semakin banyak bila tidak cepat mendapatkan
bantuan. Hal ini disebabkan kegandaannya yang tidak cepat mendapatkan bantuan
-
Sulit untuk
mengadakan evaluasi karena keragaman kegandaannya
-
Membutuhkan
instruksi atau pemberitahuan yang sangat terperinci
-
Tidak
menyamaratakan pendidikan tunaganda yang satu dengan yang lain walau mempunyai
kegandaan yang sama.
·
Faktor Penyebab
Terjadinya Tunaganda
-
Faktor Keturunan
(Hereditas)
-
Faktor Sebelum
Lahir (Prenatal)
-
Faktor Ketika
Lahir (Natal)
-
Faktor Sesudah
Lahir (Post Natal)
·
Kurikulum yang
digunakan adalah KTSP 2006, namun sedikit dimodifiaksi dalam pelaksanaannya
untuk mempermudah dalam proses pembelajaran.
·
Evaluasi yang
diberikan kepada siswa yaitu materi yang sudah diberikan dan diujikan dengan
cara membacakan soal yang akan diujika kepada siswa.
4.2
Saran
Untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran di Sekolah Luar Biasa Madina, sarana dan prasarana untuk menunjang
proses pembelajaran harus lebih ditingkatkan, terutama penambahan jumlah tenaga
pengajar karena seharusnya siswa yang mengalami tunaganda mendapatkan bimbingan
2 guru sekaligus, dan pemisahan kelas antara tingkatan kelas lainnya dan yang
memiliki kebutuhan yang berbeda juga harus dipisahkan. Hal tersebut agar
kegiatan belajar mengajar berjalan lebih efektif dan maksimal.
Daftar Pustaka